Kotoran
yang merupakan limbah hasil metabolisme hewan ternak seperti sapi ternyata
masih berdaya guna dan dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia,
selain untuk pupuk kandang, dan biogas. Kotoran sapi juga dapat digunakan
menjadi batu bata, inovasi ini pada awalnya dirintis oleh alumnus Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Syammahfuz Chazali pada
2006.
Inovasi
Syam tersebut telah diapresiasi oleh banyak pihak, salah satu penghargaan
paling bergengsi yang diperolehnya ialah juara pertama kompetisi business plan
tingkat dunia yang bertema Global Social Venture Competition (GSVC). yang
berlangsung dari 23 hingga 25 April 2009 di University of California, Berkeley,
Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan
data, jumlah kotoran sapi kering yang dihasilkan di Indonesia mencapai sekitar
5,9 juta ton per tahun. Kebanyakan kotoran itu hanya dibuang tanpa dimanfaatkan
sehingga mengotori lingkungan. Namun, dengan upaya pembuatan batu bata berbahan
baku kotoran sapi yang dilakukan Syam, pencemaran lingkungan dapat
diminimalisasi.
Karena bahannya dari limbah,
tentu saja harga batu bata dari kotoran sapi lebih murah daripada batu bata
dari tanah liat, selain itu beratnya lebih ringan 20% dari batu bata tanah liat,
kekuatannya lebih tinggi 20% dari batu bata tanah liat (dapat meminimalisir
penggunaan semen hingga 60%), biaya pembuatan lebih rendah, dan mencegah
perusakan lahan lebih lanjut akibat penggalian tanah liat (untuk pembuatan batu
bata tanah liat).
Sebagai langkah awal pembuatan batu bata dari kotoran
sapi, bahan utama dicampur cairan formula khusus. Campuran itu menghasilkan
bahan yang sudah berwujud tanah liat. Setelah dicampur tanah keras dengan
komposisi 80 persen berbanding 20 persen, campuran dicetak seperti batu bata
biasa.
Langkah berikutnya, cetakan
dikeringkan dan dibakar. Proses pembakaran biasanya menggunakan kotoran sapi
sebagai bahan bakar biogas sehingga ramah lingkungan, pembuatan batu bata berbahan baku kotoran sapi itu memerlukan waktu tiga minggu
Saat ini, Syam dan
rekan-rekannya tengah berupaya pula membuat batu bata lego yang akan makin
mengurangi penggunaan semen, nantinya, dengan adanya batu bata lego tersebut,
bangunan tidak lagi mesti berbentuk persegi panjang, tetapi juga bisa dibentuk
seperti halnya mainan lego.
(koran-jakarta.com/ humasristek)